Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

MUI: Pemkab SBB Harus Pertimbangkan Lokasi MTQ

MUI: Pemkab SBB Harus Pertimbangkan Lokasi MTQ (Ilustrasi).
AMBON, INFO BARU--Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Moksen Attamimi meminta pemerintah kabupaten (Pemkab) setempat untuk mempertimbangkan kembali lokasi Musabaqoh Tilawatil Qur-an (MTQ) tingkat provinsi yang rencananya akan dilangsungkan di Kota Piru pada 2015 mendatang.

Menurutnya, MTQ merupakan bagian dari syiar Islam, sehingga harus berlokasi di tempat yang banyak penganutnya. “Mestinya Pemkab SBB mencari lokasi yang pas untuk digelar MTQ. Kita tidak bermaksud mempetak-petakan persoalan agama, namun yang namanya moment keagamaan harus diaflikasikan kepada pemeluknya. Saya kira Kota Piru tidak layak dijadikan lokasi untuk moment religi itu,” ujarnya kepada Info Baru, belum lama ini.

Dia mengatakan, jika MTQ berlokasi di Kota Piru maka dampaknya tidak akan signifikan, karena lokasi syiarnya tidak tepat sasaran. Tujuan pelaksanaan MTQ untuk membangun karakter bangsa terutama bagi generasi muda muslim, untuk itu penanaman nilai-nilai Al-Qur’an harus dilokasikan pada tempat yang aman, nyaman dan tentunya ditempat yang mayoritas penduduk adalah muslim.

“Even relegi yang digelar itu, selain merupakan syiar Islam,  juga untuk mengembangkan kualitas pembacaan Qur’an di antara para pemuda Muslim dan membangun pertemanan antara para pesertanya. Jadi tujuan utamanya yakni untuk membangun karakter bangsa, terutama generasi muda melalui penanaman nilai-nilai Al Qur’an. Karena itulah saya ingin pelaksanaan itu ditempatkan pada lokasi yang benar-benar bisa tersyiar, agar generasi muda muslim yang menyaksikan dan datang sebagai sporter dalam hajatan keagamaan itu bisa memaknai dan mengerti maksud dari tujuan itu,” pintanya.

Lanjutnya, kegiatan ini pasti menarik antusias banyak kalangan masyarakat, namun bisa saja antusias itu menurun karena bertabrakan dengan lokasi pelaksanaannya. Dicontohkan, kalau lokasi pelaksanaan MTQ bertempat di Desa Waimital atau Desa Waisarisa Kecamatan Kairatu maka antusias warga semakin tinggi, namun kalau lokasinya di Kota Piru maka orang-orang yang tinggalnya jauh dari kota kabupaten itu akan malas mendatangi moment penting itu.

Alasan itu disampaikan lantaran, Kota Piru merupakan mayoritas non-muslim. Disisi lain lokasi penampungan untuk para peserta minim. “Disana tidak ada lokasi yang baik untuk para peserta, oleh karena itu, panitia atau penyelenggara harus mempertimbangkan hal ini kembali,” sarannya.

Ia mengungkapkan, pihaknya sudah mempersiapkan sekitar 50 buah rumah mewah untuk dijadikan tempat tinggal para peserta dari luar kabupaten. Namun 50 buah rumah mewah itu, bisa disiapkan jika Pemkab bersediah untuk memindahkan lokasi MTQ dari Kota Piru.

“Kita sudah siapkan sekitar 50 buah rumah mewah jika Pemkab bersediah untuk memindahkan lokasi MTQ dari Kota Piru,” katanya. Menurutnya, ajang ini merupakan ajang penuh makna dan manfaat. Jadi tidak saja menjadi ajang untuk mempertunjukkan kemahiran dalam membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, namun juga sebagai ajang untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.

MTQ juga merupakan salah satu upaya dalam mendekatkan dan mencintai kitab suci Al-Quran bagi masyarakat, khususnya generasi muslim. Harus diakui saat ini banyak sekali generasi muda yang menjauh dari ajaran Al-Quran dan kehilangan arah dalam berfikir, bersikap, dan bertindak, sehingga itu Pemkab harus memikirkan hal ini secara matang.

Selain itu, banyak juga generasi muda yang kehilangan panutan dalam hidupnya sehingga dia mudah terpengaruh. Akibatnya generasi muda tidak lagi memiliki kepribadian yang Islami. Seperti tawuran antar pelajar, penggunaan obat terlarang dan juga minuman keras. “Maka dari itu, harus ada lokasi yang benar-benar bisa dimanfaatkan untuk penggelaran kegiatan religi tersebut,” pintahnya. (TWN)