Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Bupati Matikan Pertanian, Warga Jadi Penambang Emas

NAMLEA, INFO BARU - Pemkab Buru di bawah pimpinan Bupati Ramly Umasugi tidak lagi memikirkan ribuan petani yang sudah menetap puluhan tahun di dataran Waeapo dan Mako yang merupakan daerah lumbung padi terbesar di Maluku.

Kebijakan pemerintah yang mendatangkan beras dari Sulawesi justru menguntungkan para pengusaha, sementara petani lokal di Buru merugi ratusan juta karena menjual beras hasil panen dengan harga murah demi menutupi modal yang telah dikeluarkan.

Pemerintah melirik masyarakat transmigrasi jika momentum Pilkada dengan membagikan pupuk gratis kepada masyarakat agar mendulang suara ribuan warga transmigrasi yang tersebar di dataran Waeapo dan Mako.

Namun kini warga pet6ani perlahan mulai gulung tikar. Mereka harus menjual beras hasil pertanian dengan harga sangat murah yakni dari harga normal Rp 500 ribu/50 Kg, kini dijual dengan harga berkisar Rp 200 ribu/50 Kg antaran stok beras yang didatangkan dari Sulawesi menggunakan kapal cargo pada bulan Juni 2013 kemarin, sehingga membuat beras hasil pertanian lokal tidak laku di pasaran.

Kebijakan ini sangat jelas untuk merubah warga transmigrasi agar tidak lagi memperbaiki irigasi guna mengairi sawah untuk menanam padi di dataran Kecamatan Waeapo dan Kecamatan Mako.

Hal ini dimaksudkan pemerintah untuk beralih profesi sebagai penambang emas. Apalagi Ramly Umasugi telah membuka lokasi tambang emas baru milik pribadi Bupati Buru, di Desa Gogrea Kecamatan Waeapo, sehingga membutuhkan tenaga kerja untuk keuntungan Bupati.

Pantauan Info Baru di dataran Waeapo dan Mako yang merupakan pusat lumbung beras ratusan hektar sawah tidak lagi difungsikan, karena harga beras menurun drastis dan para petani padi merugi ratusan juta setiap musim panen, karena beras tidak laku dijual.

“Kami sebagai petani di dataran Waeapo ini merasa rugi karena hasil penjualan beras sangat murah, jika dibandingkan dengan modal dan tenaga,” ungkap salah satu warga yang mata pencaharian petani padi di Kecamatan Waeapo yang namanya tidak mau dikorankan kepada Info Baru belum lama ini.

Selain itu, lanjut dia, Pemerintah di bawah pimpinan Ramly Umasugi tidak lagi memperhatikan irigasi, lebih memperhatikan tambang emas gunung botak, para petani harus menjual beras dengan harga murah, karen ditakutkan membusuk jika disimpan terlalu lama di gudang.

“Hasil panen beras pada musim ini tidak laku dijual, karena banyak beras dari luar yang masuk di Kabupaten Buru yang didatangkan pemerintah Kabupaten Buru,” bebernya.

Banyak sawah yang kering karena rusaknya jaringan irigasi, sehingga petani tidak melanjutkan menggarap kembali sawah setelah panen. Hal yang sama juga diungkapkan salah satu petani di dataran Mako, mereka sangat takut ketika mengatakan hal ini kepada publik, karena merasa terancam.

“Memang benar pak, beras yang kami penen kemarin tidak laku dan banyak yang rusak, karena banyak beras yang dari luar masuk di dataran Mako,” ungkapnya.

Dirinya harus menjual beras dengan harga murah yang berkisar Rp 200 ribu/50 Kg dari harga biasanya Rp 500 ribu/50 Kg, hal ini dimaksudkan untuk kebutuhan hidup keluarganya yang terdiri dari tiga orang anak.
“Saya terpaksa harus jual beras hasil panen dengan harga murah untuk memenuhi kebutuhan tiga orang anak dan istri, karena beras tidak laku dijual di pasaran,” kesalnya. (SAT)

Posting Komentar untuk "Bupati Matikan Pertanian, Warga Jadi Penambang Emas "