Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Peran Intelijen Lemah, Konflik Mudah Pecah di Maluku

Halid Muhrum Pegatong (Foto:IB).
AMBON, INFO BARU--Benturan antar warga berbeda kampung hingga berbau suku kian subur di tanah Maluku. Bahkan perkelahian antar warga kampung hingga membawa atribut suku di provinsi bertajuk seribu pulau tersebut hingga kini tidak bisa untuk terhindarkan.

Menurut Direktur Eksekutif Parliament Monitoring (PAMOR) Maluku Halid Muhrum Pegatong yang dimintai komentarnya oleh Info Baru Kamis (13/2) kemarin seputar problem dimaksud, demografi Maluku dan pluralitas sistem budaya di Maluku selama ini belum dikelola secara baik.

Sehingga benturan antar warga maupun suku di tersohor dengan budaya pela dan gandong itu, tetaap saja gampang meletus.

Pegatong menyatakan dari segi kemanan, tugas aparat keamanan dalam konflik sudah jelas yakni harus tegas dalam menegakkan hukum.

“Kalau itu tidak dilakukan berarti hanya dua kemungkinan yakni, aparat keamanan telah gagal atau aparat turut bermain dalam situasi yang ada,” jelasnya.

Bukan hanya itu menurut Pegatong, konflik/benturan antar warga berbeda kampung di Maluku mudah pecah juga membuktikan peran aparat intelijen telah gagal.

Ia menandaskan, tugas utama intelijen adalah bagaiman bisa mendeteksi titik atau sasaran konflik secara dini sehingga sebelum terjadi gejolak mudah untuk diantisipasi.

“Konidisi kekiniaan peran Intelijen di Maluku sangat lemah. Realitasnya, titik konflik antar warga itu semula sudah bisa dibaca, tapi di lpangan antsipasi sangat minim. Wajar kalau konflik antar warga di Maluku itu sangat mudah terjadi,” ungkapnya.

Dikemukakan, pola pendekatan penyelesaian bentrok/konflik antar warga di Maluku itu juga belum dijalankan secara maksimal oleh aparatur pemerintah.

“Ada kesan pola penyelesaian konflik itu tidak maksimal dilakukan yakni sebatas simbol. Makanya konflik antar warga sanga mudah pecah,” imbuhnya.

Pegatong menjelaskan, langkah-langkah penyelesaian konflik terkesan hanya dilakukan secara simbolik itu, disertai minimnya pendeteksian dini, salah satu kelemahan aparat pemerintah dalam menyelsaikan konflik antar warga di Maluku.

“Pengawalan dari penyelesaian konflik itu sendiri kurang. Selama ini penyelsainnya hanya simbolik,” kritiknya.

Pendekatan adat semisal pela dan gandong pun menurut Pegatong, hanya dilakukan sebatas simbol atau seremonial belaka, sehingga ujung-ujungnya bentrok antar warga itu tidak bisa untuk dihindari.

“Ini kasuistik. Jadi akar masalahnya perlu dideteksi atau ditelusiri lebih dalam. Sehingga penyelesaiannya pun bisa mudah dilakukan. Kalau tidak dikawal secara berkesinambungan, maka jangan harap kalau bentrok antar warga dan suku di Maluku itu mudah untuk terselesaikan,” pungkasnya. (MAS)

Posting Komentar untuk "Peran Intelijen Lemah, Konflik Mudah Pecah di Maluku"