Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mahal di Negeri Orang, Asing di Negeri Sendiri

GAYATRI Wailissa (16) adalah seorang anak yang memiliki pengetahuan yang luas, meski masih berada dalam usia yang cukup belia, namun pengetahuan yang dimilikinya bisa dibilang melebihi orang yang berada pada level doktor.
Anak kelahiran 31 Agustus 1996 ini bahkan menjadi anak emas di Negeri orang, tapi anenya terpinggirkan di Negeri sindiri. Istilahnya “Mahal di Negeri orang dan Asing di Negeri sendiri”.
Anak ini semasa SD hingga duduk SMA Kelas 2, sudah memiliki sebanyak 15 penghargaan, diantaranya, juara satu kompetisi cerita rakyat pada tahun 2006, juara bertutur kanak-kanak (2007), juara dua lomba cerpen nasional (2008), juara satu lomba cipta puisi (2009), juara tiga lomba baca puisi tingakt provinsi (2009), juara satu debat konsep pambangunan daerah (2010), juara karya ilmiah SAINS terapan 2012, menjuarai medali perunggu olimpiade Sain Astronomi 2012 dan beberapa diantaranya lagi.
Anak kandung dari pasangan Dedy Darwis Walissa dan Nurul Idawaty Wailissa ini mempunyai bakat yang sangat luar biasa, karena terlepas dari kecerdasanya sebagai siswa yang secara beruntun mendapatkan penghargaan yang gemilang, Gayatri juga menguasai sekurangnya 11 bahasa asing.
Namun ironisnya, anak dari ketiga orang bersaudara ini tidak memiliki nasib yang baik, seperti Ratu Kecantikan yang yang mewakili Provinsi Maluku di ajang Putri Indonesia, atau lain sebagainya.
Kemampuan yang dimiliki anak ini mestinya mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah (Pemda) Maluku, karena tak bisa dipungkiri bahwa dia adalah aset masa depan Maluku. Gayatri harus menjadi kebaggaan rakyat Maluku. Artinya Maluku harus merawat dan melindungi orang-orang seperti ini.
Sosok yang cepat akrab dengan lingkungan sekitar ini, mempunyai mimpi yang besar, namun kencenderungan pemerintah provinsi yang terkesan apatis, membuat dirinya harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita tersebut.
Padahal beberapa provinsi diluar sudah meminang dirinya untuk mewakilkan daerah mereka di setiap ajang nasional maupun Internasional, namun kecintaan terhadap tanah kelahiran orang tua laki-lakinya (Maluku-red), membuat dia untuk tetap berkarya kepada Maluku.
Duta ASEAN ini juga, dalam beberapa hari kepadan akan terbang menuju Jakarta, guna menerima penghargaan dari Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yodoyono, atas prestasi gelar juara Tunas Muda Pimpinan Indonesia (TMPI).
Gelar ini didapatkan Gayatri setelah menjadi Runer-up Pemenang seleksi TMPI 2013, SMA se-Indonesia. Dimana jaura satu jatuh pada Nordianto dari Provinsi Kalimantan Barat, dan Runer-up dua jatuh kepada Ayunin Racmasari dari Provinsi DI Yogyakarta.
Banyak harapan dan cita-cita besar yang ingin dicapainya, namun kondisi ekonomi keluarga jualah yang membuat dirinya harus bekerja keras. Meski tidak menjadi perhatian pemeirintah daerah, namun dia tetap berjiwa besar untuk merai mimpi itu.
“Saya mempunyai keinginan yang sudah disampaikan ke Pemda Maluku saat melakukan audance bersama meraka. Keinginan tersebut yakni, ujian pada usia dini, mendapat bantuan beasiswa, dan turut aktif dalam setiap kegiatan nasional. Tapi kalau hal itu tidak diakomodir pemerintah, maka saya tidak mau memaksa, apalagi saya bukan orang yang bertifikal seperti itu,” ungkapnya saat bertatap muka bersama wartawan di Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Ambon, Senin (17/6) kemarin.
Siapa pun yang melihat anak berusia 16 tahun ini pasti merasa kagum dan bangga, karena di saat Maluku berada pada transisi kemiskinan, namun dia mampu membuka mata semua orang di kanca nasional. Selain itu mampu mengangkat harkat dan martabat orang Maluku.
Dimana Ia mampu menunjukan kepada publik nasional, bahwa Maluku punya sumber daya pengetahuan yang  berlimpah dan mampu dipertanggungjawabkan. (*)

Posting Komentar untuk "Mahal di Negeri Orang, Asing di Negeri Sendiri"