Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Gubernur: Masyarakat Maluku Lebih Memilih Beras Ketimbang Sagu

Gubernur Maluku, Said Assagaff.
AMBON, INFO BARU--Gubernur Maluku, Said Assagaff mengatakan, masyarakat Maluku saat ini lebih memilih mengkomsumsi beras ketimbang mengkomsumsi sagu yang merupakan makanan pokok orang Maluku. Hal ini terlihat setelah beberapa tahun terkahir ini, masyarakat Maluku cenderung memilih pangan luar.

“Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, kami melihat ada perubahan signifikan terhadap pola konsumsi makanan di Maluku. Dimana masyarakat Maluku lebih memilih pangan luar ketimbang pangan lokal,” Kata Gubernur yang disampaikan Asisten III Sekda Maluku, Z Sangaji dalam Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah (RAD) Pangan dan Gizi Tahun 2014, di Hotel Manise, Senin (23/6) kemarin.

Menurutnya, di tahun 2014 ini perubahan pola konsumsi masyarakat Maluku meningkat sebesar 35 persen, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dimana pada masa-masa sebelumnya kebutuhan konsumsi beras hanya 80 kilogram per kapita per tahun, namun sekarang telah meningkat menjadi 108 kilogram per kapita.

Hal tersebut, lanjut Assagaff tentu akan menjadi kendala utama bagi Pemerintah Daerah (Pemda) Maluku dalam mewujudkan peningkatan pembangunan pangan dan gizi di daerah ini, sebagaimana telah terimplementasi melalui peraturan Gubernur Maluku Nomor 25 Tahun 2011-2015, tentang percepatan dan pencapaian pembagunan pangan dan gizi di Maluku.

“Sehubungan dengan itu, perlu ada koordinasi dan evaluasi dilingkup Pemda Maluku, mengenai kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan ke depan, dalam mewujudkan target percepatan dan pencapaian pembangunan pangan dan gizi,” papar Assagaff.

Kata Assagaff, masalah pangan dan gizi sudah menjadi isu strategis baik secara nasional maupun global, termasuk juga di daerah. Karena itu masalah pangan dan gizi segera ditangani secara terpadu oleh semua kalangan di Maluku termasuk para stackeholder, baik di pusat maupun di daerah, melalui sinergitas program dan kegiatan.

Assagaff menuturkan, beberapa masalah terkait pangan yang cukup menonjol saat ini adalah rendahnya akses masyarakat terhadap pangan. Hal itulah yang mempengaruhi target pemerintah mengenai capaian skor pola pangan harapan yang hanya berkisar di angka 76,17 persen, padahal yang ditargetkan adalah 84 persen.

Sedangkan mengenai masalah gizi, lanjut Assagaff, yang menonjol adalah masih tingginya prevalensi anak balita pendek yang mencapai 37,5 persen, sementara target yang harus dicapai di tahun 2015 nanti hanya 32 persen. Hal ini mengindikasikan pola asuh dan pengetahuan masyarakat masih harus terus ditingkatkan untuk memperbaiki status gizi masyarakat di daerah ini.

Dijelaskan, dalam rangka mengatasi permasalahan pangan dan gizi di Maluku, maka Pemerintah Daerah telah menetapkan lima Kebijakan sesuai Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Maluku, diantaranya perbaikan gizi masyarakat, peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam, peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan, peningkatan perilaku hidup sehat dan bersih, serta penguatan kelembagaan pangan dan Gizi.

“Kebijakan tersebut diharapkan telah di implementasikan oleh instansi terkait, baik di tingkat provinsi maupun di Kabupaten/Kota.  Sehingga target pembangunan pangan dan gizi yang belum tercapai, dapat diraih dimasa mendatang,” katanya. (R0L)