Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Konsumsi Beras di Maluku Lebih Tinggi

Konsumsi Beras di Maluku Lebih Tinggi.
AMBON, INFO BARU--Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Maluku, Suryadi Sabirin mengungkapkan, tingkat konsumsi beras di Maluku selama beberapa tahun terakhir angkanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan volume  produksi dari sejumlah lahan persawahan yang tersebar diseluruh Maluku. Namun, dengan rendahnya tingkat produksi beras tersebut, Maluku tidak pernah mengalami kekurangan kebutuhan Beras.

“Konsumsi beras masyarakat Maluku hampir mencapai 120.000 ton per tahun, sedangkan produksi beras daerah ini hanya 79.000 ton per tahun,” katanya kepada Wartawan di Ambon, Jumat (25/7) .

Kendati produksi beras di Maluku belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi Masyarakat di daerah ini, kata Suryadi, namun ketersediaan stok beras untuk wilayah Maluku tetap aman karena suplai dari Bulog setiap tahun lebih dari 120.000 ton, selain itu banyak pula pasokan beras super dari distributor.

Ia menyebutkan, lahan produksi beras di Maluku hanya ada di empat kabupaten, yakni Maluku Tengah, Seram Bagian Timur, Seram Bagian Barat, dan Buru. Lahan persawahan tersebut hampir sebahagian besarnya dikelola oleh masyarakat transmigran dari pulau Jawa yang menetap di sana.

“Padi di Maluku dihasilkan penduduk transmigran dari Pulau Jawa di Kecamatan Bula, Dataran Waipau, Desa Pasahari, Gemba dan Kairatu,” sebut Suryadi

Dikatakan, untuk mengurangi ketergantungan masyarakat Maluku terhadap beras, BKP Maluku telah menggalakkan program Pulau Mandiri Pangan dan diversifikasi pangan, yang arahnya memanfaatkan berbagai bahan pangan lokal sesuai keanekaragamannya di setiap daerah.

“Seperti sagu di Pulau Buru, Seram, Ambon, Lease, dan sekitarnya. Sedangkan jenis umbi-umbian, kacang-kacangan, dan jagung di Pulau Aru sampai Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya,” kata Sabirin mencontohkan.

Menurut dia, setiap pulau akan disiapkan stok bahan pangan lokal untuk dijadikan makanan pokok yang tahan lama. Sedangkan yang masih mentah akan dikeringkan dan dijadikan bahan pangan lain seperti tepung (tapioka, jagung).

Dalam program tersebut, yang paling penting dilakukan adalah pembangunan lumbung penyimpanan sebagai tempat untuk mengeringkan, mengepak, dan menyimpan tepung yang sudah kering.

Sabirin juga mengungkapkan, sebanyak 10 persen anggaran dari dana alokasi khusus (DAK) yang disalurkan ke kabupaten/kota oleh Departemen Pertanian akan digunakan untuk membangun lumbung pangan. (R0L)