Masyarakat Lima Dusun Deklarasi Forum ALKOTA

Dusun-dusun tersebut diantaranya, Ani, Laala, Katapang, Olas dan Tanah Goyang (ALKOTA). Latar belakang dideklarasikan forum ini, guna menjawab keresahan masyarakat yang selama ini belum tertuntaskan.
Masyarakat yang ada di Lima Dusun ini merasa penting untuk mendeklarasikan diri, karena selama ini pemerintah setempat masih memandang mereka sebelah mata (Parsial).
Salah satu Staf Dosen di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, Husen Rumain, yang juga adalah warga Laala, dalam arahannya mengatakan, hingga kini masyarakat yang ada di daerah setempat masih diimarginalkan atau dipinggirkan oleh pemerintah setempat.
“Kita masih dipandang parsial oleh pemerintah kabupaten (Pemkab). Mungkin karena kultur kita adalah suku Buton, Bugis, Makassar, Jawa, Kei dan Geser, sehingga perlakuan Pemkab seperti itu,” ujarnya. Dikatakan, subtansi dilakukannya deklarasi tersebut tidak hanya dilatar belakangi oleh sikap pemerintah yang apatis, namun untuk mejawab semua keresahan sosial yang terjadi di daerah mereka. Banyak gejolak sosial seperti, distribusi minuman keras (Sopi), kemudian perkelahian atau tauran antar kampung yang sering terjadi antar sesama dusun, dan beberapa diantaranya lagi.
“Kita mendeklarasi forum ini bukan saja untuk menyampaikan aspirasi ke pemerintah setempat, namun lebih dari itu untuk meminimalisir berbagai gejolak sosial yang terjadi di dusun-dusun kami. Spirit lahirnya forum ini untuk menyikapi berbagai kondisi yang terjadi,” tegasnya.
Dia mengajak ratusan mahasiswa dan pemuda Lima Dusun yang hadir dalam deklarasi itu, agar bisa membawah kultur masyarakat di perkampungan khususnya ALKOTA ke gerbang Madani (Masyarakat Beradab).
“Mari kita menjaga toleransi untuk menuju masyarakat beradab. Mari mencipatakan peradaban yang baik, agar kita tidak dikutuk oleh sejarah,” ajaknya.
Menurutnya, berbagai persoalan sering terjadi di daerah mereka, namun tidak perna digubris oleh pemerintah setempat. “Sepertinya ada skenario yang dibuat untuk memecah belah kita orang bersaudara di Lima Dusun Tentangga itu. Bahkan skanario itu di desain sampai kita kehilangan ruang untuk mengemukakan pendapat,” katanya.
Sebagai mahasiswa dan pemuda beradab, Lanjut Rumain, dituntut untuk mengkaji kembali kekuatan rakyat atau masyarakat dalam konteks interaksi hubungan, baik antara warga dengan warga maupun warga dengan pemerintah.
Karena dengan pola ini, siapapun mampu memposisikan masyarakat sebagai bagian integrasi dalam komunitas yang memiliki kekuatan bergening dan menjadi komunitas masyarakat sipil yang memiliki kecerdasan, analisi kritis yang mampu berinteraksi dengan lingkungannya, secara demokratis dan berkeadaban.
Katanya, dengan adanya kekuatan dari mahasiswa dan pemuda maka sudah barang tentu mampu mengantarkan masyarakat pada sebuah wacana yang saat ini sedang berkembang. Sambungnya, toleransi memungkinkan adanya kesadaran dari masing–masing individu untuk menghargai dan menghormati pendapat serta aktifitas yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lain.
“Sebagai mahasiswa dan pemuda kita harus kuat dalam melawan hal-hal yang menyimpang dari kepentingan bersama,” ajaknya pula.
Ditempat yang sama, Anwar dari Dusun Ani mengatakan, berdirinya forum ALKOTA ini sekaligus menggambarkan adanya organisasi masyarakat yang secara tidak langsung mempunyai polusi yang otonom. Selain itu mengisyaratkan adanya ruang publik yang memungkinkan untuk menuangkan kepentingan masyarakat di Lima Dusun itu.
Dia mengatakan, dengan adanya sarana ini, setiap individu mampu memposisikan diri dalam ruang transaksi wacana dan praksis politik tanpa mengalami distorsi dan kehawatiran.
“Dalam undang-undang negara kesatuan republik Indonesia mengamanatkan, setiap individu berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat atau informasi kepada publik,” jelasnya.
Ia juga mengatakan, demokrasi merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat, dimana dalam menjalani kehidupan, setiap orang memiliki kebebasan untuk menjalankan aktifitas, termasuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam kesempatan itu, salah satu warga Dusun Tanah Goyang, Rido Kaliki, mengajak mahasiswa untuk menjembatani persoalan-persoalan yang saat ini terjadi di ALKOTA.
“Kita harus menyikapi setiap persoalan yang terjadi dengan merangkul pemikiran para generasi muda yang ada di dusun kita masing-masing. Persatuan itu penting untuk dirawat,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, ALKOTA lahir bukan lantaran ada momen politik, tapi kesungguhan hati dari segenap lapisan masyarakat untuk menjawab berbagai macam problem sosial yang menimpa orang-orang di dusun tetangga itu.
Untuk diketahui, setelah menggelar kegiatan ini mereka akan langsung turun ke dusun-dusun untuk berkoordinasi dengan para pejabat dusun maupun masyarakat guna menyikapi berbagai persoalan dan melanjutkan visi-misi dari ALKOTA.
Visi-misi itu diantaranya, menjadikan ALKOTA sebagai kawasan yang aman, sejahterah dan religius berasaskan semangat orang bersaudara, membangun komunikasi yang intens antar Desa/Dusun pada kawasan ALKOTA. Kemuadian memperbanyak ruang perjuampaan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, bidaya, sosial, seni dan olahraga.
Selain itu, meningkatkan hubungan kerja sesama internal anggota, serta meningkatkan kapasitas anggota ALKOTA melalui kegiatan-kegiatan pembinaan itelektual. (TWN)
Posting Komentar untuk "Masyarakat Lima Dusun Deklarasi Forum ALKOTA"