17 Kosmetik Berbahaya Beredar di Pasaran

AMBON, INFO BARU - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Ambon mengimbau warga mewaspadai temuan 17 jenis kosmetika berbahaya.
Himbauan ini disampaikan setelah BPOM melakukan pengawasan di seluruh  Indonesia hingga Maret 2013 lalu.
"Hasil pengawasan BPOM di seluruh Indonesia hingga Maret 2013 ditemukan 17 jenis kosmetika yang mengandung bahan berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan," kata Kepala BPOM Ambon, Sandra Lintin, kepada wartawan Kamis (16/5).
17 jenis kosmetika tersebut diantaranya tabita daily cream, herbal clinic green alvina, chrysant 24 skin care, hayfa sunblock acne cream natural, acne lotion Dr Nur Hidayat dan cantik whitening vitamin E day cream.

"17 kosmetika tersebut mengandung empat bahan berbahaya yakni merkuri, hidrokuinon, asam retinoat, dan resorsinol," katanya.
Menurut dia, keempat bahan berbahaya ini harus digunakan sesuai resep dokter, bila tidak dikhawatirkan akan menimbulkan iritasi atau penipisan kulit.
"Bahan berbahaya seperti merkuri tidak diizinkan sama sekali ada dalam kosmetika atau obat, karena itu harus dihindari karena akan mengakibatkan efek samping gagal ginjal, kanker, cacat janin, dan gangguan saraf," ujarnya.
Lintin mengatakan, penggunaan bahan berbahaya pada kosemetik secara nasional menunjukkan penurunan, yaitu pada 2012 mencapai 0,54 persen.
"Jumlah tersebut mengalami peningkatan pada Maret 2013 yakni 0,74 persen. Di Maluku memang belum ada temuan penggunaan bahan berbahaya tersebut tetapi kami terus melakukan pengawasan," katanya.
Dia menjelaskan, peran serta masyarakat dan pemerintah dibutuhkan untuk mencegah peredaran kosmetik berbahaya.
"Kami juga akan terus melakukan pengawasan dan berkoordinasi lintas sektor dengan Pemda melalui Dinas kesehatan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta pihak kepolisian," ujarnya.
Ditambahkannya, masyarakat juga harus segera melaporkan kepada Badan POM bila ditemukan kosmetika atau akibat alergi karena bahan berbahaya melalui unit layanan pengaduan konsumen.
"Masyarakat harus tetap waspada, karena tren perdagangan berubah lewat online. Masyarakat harus aktif bertanya mengenai keamanan kosmetik sebelum menggunakannya," kata Lintin. (RIN)