Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Elit Golkar Saling Menyalahkan

Ilustrasi Bendera Golkar.
AMBON, INFO BARU--Anjloknya suara Golkar di Bursa pileg 9 April 2014, membuat sejumlah kursi yang pernah diraih Golkar di DPRD Provinsi Maluku lalu, mesti ter-eliminir dan berkurang. Akibatnya para elit partai berlambang pohon beringin itu pun saling kritik dan saling menyalahkan.

Kegagalan para Caleg Incumbent untuk menoreh simpatik rakya dan terpilih kembali menjadi Anggota Legislatif  DPRD Maluku saat pileg 9 April 2014,  munai beragam spekulasi baik dari luar maupun dari internal Partai kuning berlambang pohon beringin itu sendiri.

Sejumlah kalangan menilai kegagalan Golkar untuk meraih simpatisan rakyat dan suara pada pileg 9 April lalu , merupakan  jawaban atas buruknya kinerja para elit politik di partai itu ketika menjadi Anggota Legislatif.

Terkait hal itu, pemerhati politik, Moh. Taher Tomagola, kepada Info Baru, Kamis (8/5),  mengatakan, sejumlah elit di kalangan DPD Partai Golkar provinsi Maluku, kini mulai nampak saling menyalahkan dan mengkambing hitamkan.

Bahkan, lanjtu Dia, Ketua DPD Golkar Provinsi Maluku, Zeth Sahuburua pun tak luput jadi tumbal, akibat Caleg Incumben maupun Partai itu sendiri gagal meraih suara maksimal, mengakibatkan kursi Partai itu mesti ter-eliminir di DPRD Provinsi Maluku.

“Tidak sepantasnya para elit Golkar saling menyalahkan, jika kesalahan itu di titik beratkan kepada Ketua DPD Golkar (Zeth Sahuburua-Red), tetapi seharusnya menjadi tanggung jawab bersama,” ujar Tomagola kepada Info Baru, Kamis (8/5).

Menurutnya, bukan hanya dialami oleh Caleg dari Partai Golkar namun hampir semua Caleg Parpol lain pun mengalami hal yang sama dan hal ini menjadi fenomena pada Pileg 9 April 2014.

“Kegagalan meraih kursi Legislatif, bukan terletak pada kesalahan partai semata namun siapa itu figur calegnya, apalagi dia seorang Incumbent yang kinerja sudah pasti dinilai masyarakat,” jelas dia.

Menurutnya, gagalnya Golkar meraih suara yang maksimal, jatah kursinya pun terpangkas di DPRD Provinsi Maluku, hal ini menjadi biang kerok masalah internal Partai saat ini, bahkan Ketua DPD Golkar Provinsi Maluku, Zeth Sahuburua pun jadi tumbalnya.

“Tidak sepantasnya para elit partai Golkar saling menyalahkan, jika kesalahan itu di titik beratkan kepada Ketua DPD Golkar (Zeth Sahuburua), tetapi seharusnya menjadi tanggung jawab bersama,” ujar Tomagola.

Alasan Dia, Golkar di Maluku dikala masa kepemimpinan Zeth Sahuburua perlu diapresiasi. Hal ini bisa dibuktikan dengan terpilihnya beberapa tokoh terbaik Golkar Maluku, misalkan saja Ir. Said Assagaf sebagai Gubernur Maluku dan  Zeth Sahuburua sebagai Wakil Gubernur.

Begitu pula, lanjut Dia, Richard Louhenapessy, SH sebagai Walikota Ambon, dan Ramli Umasugi sebagai Bupati Buru  adalah merupakan wujud performa partai berlambang pohon beringin dikala itu.
“Berkurangnya Golkar meraih kursi di DPRD bukan berarti menyalahkan Ketua Golkar semata atau saling menyalahkan, akan tetapi semua komponen Partai harus evaluasi dan  membenahi diri terutama bagi Caleg sehingga kedepan bisa dipilih dan dicintai oleh masyarakat,” ketusnya.

Ditambahkan, berkurangnya kursi bukan berarti pula kehilangan kepercayaan (trust), namun tunjukkan kepada publik Maluku bahwa Partai Golkar masih kuat dan perlu ada pembenahan di  kalangan internal partai itu sendiri.

Termasuk mengevaluasi kinerja kepengurusan di Tingkat Kabupaten/Kota sampai di Tingkat Kecamatan yang tidak mewakilkan Caleg Partai Golkar ke Propinsi Maluku.

“Jika kekisruhan ini tidak segera dibenahi maka akan memberikan ruang kepada orang-orang tertentu untuk menjustifikasi para petinggi Golkar dan kemungkinan bisa berujung pada rapuhnya kekuatan Partai,” ujar Dia.

Selaku pemerhati, dirinya mengharapkan Para Elit Partai, Kader dan Simpatisan untuk segera membenahi dan mempersiapkan diri menjelang Pemilihan Presiden guna mensukseskan kandidat mereka, Abu Rizal Bakri sebagai Presiden Republik Indonesia.

Selain itu, menurutnya, Partai Golkar merupakan partai yang besar dan cukup berpengaruh terhadap perkembangan perpolitikan di Indonesia.

Untuk itu, Golkar Maluku harus berperan aktif dan bekerja keras untuk mencapai hasil yang lebih maksimal serta menyamakan persepsi guna membangun kekuatan baru daripada saling menyalahkan.
“Demi kelanggengannya, diperlukan kesadaran dan kearifan dalam berorganisasi sehingga Partai Golkar diharapkan mampu bersinergis menjadi pertai penguasa sebagaimana yang terjadi pada masa lalu,” saran Dia. (LEE)