Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Anarkisme Mahasiswa IPDN Asal Maluku

Ilustrasi.
AMBON, INFO BARU-Kasus penganiayaan terhadap adik angkatan dalam Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri di Sumedang Jatinangor Jawa Barat, yang melibatkan para mahasiswa asal Maluku, adalah tamparan telak bagi tim seleksi di daerah.

Tindak kekerasan yang dilakukan membuktikan bahwa rekruitmen mahasiswa IPDN asal Maluku selama ini terkesan sangat elitis.

Para Siswa lulusan SMA yang nota bene adalah anak para pejabat atau kerabat keluarga kenalan menjadi prioritas. Sedangkan siswa rakyat biasa dan tidak mampu dinomorduakan.

Pola rekruitmen yang cenderung elitis, akhirnya berbuah tindakan memalukan. Untuk itu, tim dokter test mahasiswa IPDN sebaiknya melibatkan tim dokter dari pihak TNI dan POLRI.

Penelusuran Info Baru menunjukan banyak anak rakyat biasa yang terpaksa digugurkan hanya untuk memberikan ruang bagi anak-anak pejabat daerah.

Modus yang dilakukan adalah intervensi sejak pada tahapan pemeriksaan kesehatan dengan menggugurkan calon rakyat biasa dan tak punya cukup uang untuk memenuhi alasan tim dokter yang melakukan pemeriksaan.

“Selalu saja ada alasan bahwa siswa memiliki masalah kesehatan dan diarahkan untuk ke tempat praktek para dokter. Jika tidak punya uang yang cukup dan tidak ke tempat praktek, maka jangan berharap bisa lolos seleksi,” terang sumber Info Baru.

Diakui, para dokter yang dilibatkan umumnya adalah dokter-dokter pemerintah yang berdinas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Haulussy sehingga mudah diarahkan.

“Kalau dokter TNI dan POLRI hasilnya lebih terukur dan jauh dari intervensi. Kasus penganiayaan yang terjadi di Jatinangor harusnya menjadi koreksi kritis agar ke depan rekruitmen mahasiswa IPDN diperketat dan jangan lagi menganakemaskan anak para pejabat daerah,” saran sumber dimaksud.

Dikatakan, pemerintah daerah kabupaten/kota dan pemerintah daerah Provinsi Maluku, agar tidak lagi menggunakan cara-cara yang tidak menumbuhkan kembangkan persaingan secara sehat.

“Sebab aksi kekerasan yang juga kahinrya melanda mahasiswa asal Maluku adalah tamparan yang memalukan di tengah sorotan media dan ancaman pemecatan dari Kemendagri,” terangnya. 

Seperti diberitakan Info Baru sebelumnya, tindak kekerasan masih saja terjadi di dalam kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Jika selama ini para wakil dari Provinsi Maluku jauh dari aksi kekerasan, namun belum lama ini merebak kabar tak sedap.

Aksi kekerasan terhadap adik-adik angkatan yang baru masuk, ternyata dilakukan juga oleh mahasiswa senior asal Maluku sendiri.

Anak Asisten I Sekretariat Daerah (Setda) Pemerintah Provinsi Maluku, Angky Renyaan bersama belasan orang rekan lainnya disebut-sebut terlibat dalam tindak kekerasan terhadap adik tingkat mereka.

“Ada sekitar empat belas (14) orang. Semuanya sebagai senior dan mereka menganiaya adik-adik mereka sendiri,” ujar sumber Info Baru.

Akibat tindak kekerasan ini, Penjabat Gubernur Maluku Saut Situmorang dan Sekda Ros Far Far, sampai harus berangkat menuju lembaga pendidikan yang mencetak para pamong itu.

Situmorang dan Far Far akan mendengar secara langsung di lokasi sekaligus memberikan klarifikasi terhadap ulah mahasiswa asal Maluku itu.

Apalagi, belum lama ini Menteri Dalam Negeri Gamawan Fausi telah memberikan warning yang sangat keras agar sedikit demi sedikit IPDN harus berbenah diri menggeser paradigma yang tidak baik yang melekat selama ini.

Diketahui sejak tahun 2009, sebanyak 45 orang praja IPDN yang terbukti melakukan kekerasan terhadap sesama praja telah dipecat. Jumlah ini di luar sanksi penurunan tingkat untuk pelanggaran lain yang masuk dalam kategori lebih ringan. (*/ALY)

Posting Komentar untuk "Anarkisme Mahasiswa IPDN Asal Maluku"