Jadi Kewang, Rakyat Jangan Tergantung Orang Luar
AMBON, INFO BARU - Salah satu kader terbaik Maluku, Engelina Pattiasina menegaskan masyarakat Maluku harus menjadi ‘kewang’ atau polisi yang mempu memagari daerahnya dari cengkeraman orang luar yang hanya mementingkan diri sendiri.
Hal ini ditegaskan Engelina, menyusul banyak investor yang datang berinvestasi di Maluku dan cenderung merugikan daerah. “Bayangkan saja, banyak investor di Maluku yang investasinya belum jatuh tempo, tapi mereka sudah berani melakukan MoU dengan pemerintah. Ini sangat ironis,” kata Engelina.
Menurutnya, fakta yang terjadi di sebagian besar wilayah Maluku saat ini menjadi pekerjaan rumah bersama dan perlu pengkajian. “Kira-kira seberapa besar uang para investor itu, sehingga mereka bisa leluasa berinisiatif untuk kembali melakukan MoU dengan pemerintah. Bukankah uang yang digunakan itu adalah milik masyarakat yang didapat dari perut bumi kita,” ujarnya penuh tanya.
Mantan anggota DPR RI, perwakilan Sulawesi Utara ini menegaskan, orang Maluku tidak boleh tergantung pada orang di luar daerah. Jadi pada prinsipnya, orang Maluku harus punya ego demi mempertahankan kekayaan mereka.
“Orang Maluku harus menjadi ‘kewang’ untuk melindungi harta kekayaannya. Kita harus memagarinya dan menunjukan kepada negara-negara di dunia, bahwa Maluku adalah negeri kaya, baik dari sisi ekosistem, sejarah maupun kelestarian,” tegas Engelina.
Pada tahun-tahun sebelumnya, di Eropa, Cina dan Jepang memiliki kekuasaan penuh atas sistem perekonomian di dunia. Namun saat ini kondisi tersebut telah bergeser ke Ausralia. “Itu artinya, Maluku secara tidak langsung telah terlibat dalam rotasi pergeseran itu,” terangnya.
Sejak 800 tahun lalu, kata Engelina, Maluku telah menyumbang ilham dan capital bagi lahirnya sejumlah peradaban besar di dunia, mulai dari pembuatan peta dunia berbasis rempah-rempah, hingga ke revolusi sains.
Dijelaskan, berdasarkan hasil rist Alfred Wallace, persebaran burung di Maluku dan Papua tidak hanya mengilhami lahirnya keragaman hayati di planet bumi, tetapi menjelaskan bahwa zona Maluku adalah titik temu pergerakan kerak bumi Pasifik, Asia dan Australia sejak jutaan tahun.
Zona Maluku, lanjut Angelina, adalah titik temu arus peradaban Eropa, Barat dan Timur, seperti Spanyol, Portugal, Belanda, Jerman, India, Jepang dan Cina. “Jejak awal koloni dan kolonialisme juga berawal dari Maluku. Misalnya, Pulau Banda. Jadi Banda ini merupakan koloni Belanda,” jelasnya.
Ia berasumsi, bahwa dari ekosistem dan sejarah, orang-orang kemudian belajar tentang Bhineka Tunggal Ika, dan itu hanya tumbuh serta berkembang, ketika semua mengakui kalau keragaman hayati adalah pilar dari ekosistem planet bumi di Eropa.
“Kita harus keluar dari paradox ini. Dimana zona-zona kaya SDA diberbagai belahan negara seperti Afganistan dan lain sebagainya, mengidap dua nestapa yakni, kemelaratan dan konflik. Sehingga potensi resiko paradox ini bisa kita atasi dengan strategis peradaban di Maluku,” tandasnya.
Ia mengajak masyarakat Maluku untuk bersatu dalam membangun peradaban diberbagai sector, seperti seni, budaya, pendidikan, kesehatan, teknologi, ekonomi dan lain sebagainya.
Konservasi SDA harus diraih melalui pilar dasar ekosistem. “Konservasi SDA harus diboboti dengan pranta sosial, budaya, ekonomi dan kehormatan lokal. Karena menyangkut hal ini telah dikikis oleh rasa cemburu, saling curiga yang berujung pada konflik antar kelompok,” tuturnya.
Diharapkan, masyarakat Maluku dapat berbena diri dan membangun ikatan silaturahim secara kuat, guna mempertahankan martabat dan jati diri sebagai orang basudara di daerah bertajuk Seribu Pulau ini. (TWN)
Posting Komentar untuk "Jadi Kewang, Rakyat Jangan Tergantung Orang Luar"