25 Keluarga Tapol RMS Dapat Bantuan
Untuk mewujudkan kepedulian dan simpati mendalamnya, Minggu, 15 September 2013, LSM Peduli Maluku menggelar seminar sehari di Aboru.
Puncak kegiatan itu juga diwarnai pemberian bantuan bagi 25 keluarga tahanan politik gerakan sepataris Republik Maluku Selatan (RMS).
Kedua kegiatan ini digelar dalam rangka memeringati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Gereja Protestan Maluku.
Seminar itu mengusung tema, Peran Gereja dalam Upaya Mendukung Program Pemerintah demi Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Aboru ini, berlangsung di Gereja Bethel, Jemaat GPM Aboru.
Selaku panelis Dosen Fisip UKIM, Aloysius Mado dan Pendeta Wen Lesbassa. Mado memaprakan materi bertopik, Sistem Politik Indonesia, sedangakan Lesbassa mengulas, Peran Gereja Dalam Pembangunan Masyarakat.
Selaku moderator ketua Majelis Jemaat Aboru Pendeta Decky Picauly, yang dihadiri ratusan warga Aboru memadati gedung gereja Bethel.
Soal perkembangan sistem politik, budaya politik dan mekanisme politik Indonesia Mado menganjurkan, ada peran serta masyarakat Aboru untuk aktif guna menentukan masa depan bangsa. Peran itu lanjutnya, mesti dilakukan di warga Aboru dalam berbagai bidang, khususnya politik.
Sedangkan Lesbassa memaparkan multi hal tentang problematika yang dihadapi gereja kekiniaan di antaranya, soal pluralisme, dialog antar agama, hukum dan HAM serta kemitraan laki-laki dan kesetaraan gender.
Usai seminar, Mado memberikan apresiasi atas respons yang diberikan masyarakat Aboru, dan dukungan yang diberikan ketua Majelis Jemaat dan Ketua Panitia, Elthinus Tuankotta, sehingga seminar dapat berjalan sukses.
Mado berharap masyarakat Aboru yang adalah warga NKRI tidak merasa dikucilkan.
Sempat menyelipkan materi tentang wawasan kebangsaan dan nilai-nilai luhur Pancasila, akedemisi asal NTT ini, menunjukkan masyarakat Aboru selama ini dikenal selalu menutup diri, juga dapat berbaur dengan warga lainnya.
Ketua LSM Peduli Maluku ini menyayangkan minimnya antusias pemerintah terhadap desa Aboru. Padahal sebagian besar warga Aboru adalah mantan Tapol/Napol yang harus diberikan perhatian khusus, berupa kesejahteraan maupun pembangunan fasilitas infrastruktur.
’’Kalau saya lihat, bantuan pemerintah memang masih sangat minim bagi masyarakat Aboru,” ungkapnya.
Pembangunan dua jembatan di negeri yang terletak di sebelah selatan Pulau Haruku itu belum terselesaikan. Transportasi yang menghubungkan Dusun Naira dan Aboru juga belum ada.
Jalan yang sementara dikerjakan kini kembali mengalami kerusakan, hingga Kendaraan sulit untuk melintasi ruas jalan tersebut apabila musim hujan.
Anak-anak Aboru setiap hari harus berjalan kaki menempuh perjalanan hingga 6 Km untuk mengikuti kegiatan belajar di SMP dan SMA di Dusun Naira.
Kendati beberapa ojek telah beroperasi, namun biaya yang harus dikeluarkan cukup besar, hingga sulit dijangkau.
’’Pemerintah harus mengawal dan mengawasi semua program pemerintah di Desa Aboru, agar berjalan sesuai rencana dan dapat dirasakan masyarakat. Mereka bukanlah masyarakat kelas dua, namun warga NKRI yang juga harus menikmati pelayanan pemerintah melalui berbagai program dan kebijakan peningkatkan ekonomi masyarakat,” tegasnya.
Dalam kapasitasnya sebagai ketua LSM, Mado berjanji akan fokus melakukan berbagai kegiatan di daerah tersebut.
Sementara itu, Lesbassa dan Ketua Majelis Jemaat D. Picauly berharap seminar dan pembagian sembako bagi keluarga tapol/napol dapat meringankan beban masyarakat. Merkea menginginkan agar kerja sama ini tetap berlanjut.
Selain itu Tuankotta mengakui, seminar sangat menyentuh hati untuk itu ia berharap, adanya perhatian pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan warga Aboru.
Para penerima bantuan merupakan 25 keluarga Tapol RMS yang sampai sekarang, sedang menjalani pembinaan di Lapas Porong, Malang, Semarang, Nusakambangan, dan Ambon. (MAS)
Posting Komentar untuk "25 Keluarga Tapol RMS Dapat Bantuan"